Rabu, 29 Juni 2011

Refleksi Isra Mi'raj: Shalat itu pengabdian

Allah SWT tentu tak menjadikan suatu peristiwa tanpa ada maknanya. Isra Mi'raj yang merupakan perjalanan yang dialami Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu dari sana menuju Sidratul Muntaha, bukanlah perjalanan wisata biasa bagi seorang nabi, tetapi Isra Mi'raj adalah puncak perjalanan seorang hamba menuju sang pencipta, sebuah tonggak diterimanya perintah shalat lima waktu langsung dari Allah. Isra Mi'raj penting bagi seorang Muslim lantaran shalat dipandangnya sebagai identitas keislaman dan tolok ukur kepatuhan hamba kepada Tuhannya.

Banyak manfaat yang terungkap dari kewajiban shalat, sebagai isyarat bahwa manusia perlu membangun relasi horisontal dengan sesamanya termasuk lingkungan tempat tinggalnya dan membangun relasi vertikal yang baik dengan Allah SWT. Membangun relasi horizontal dan vertikal itu harus seimbang dan simultan. Disamping itu, esensi lain peristiwa bersejarah itu adalah pengusiran demi pengusiran yang dialami Rasul dalam berdakwah. Itu memberikan tamsil bahwa Allah akan menolong orang yang melakukan kebenaran meski semua orang memusuhinya.

Isra Mi’raj harus dipercaya tak hanya oleh hati melainkan pula dengan keimanan. Isra Mi’raj memperlihatkan Kuasa Allah terhadap hamba-Nya. Sebagai hamba, harus sadar betul nilai dari sebuah pengabdian. Maka saat perintah shalat lima waktu turun, ummat Rasulullah mesti mengartikannya sebagai sebuah pengabdian total, berupaya memperoleh perhatian Allah karena pengabdian atau semata-mata ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar